Bermula dari keluarnya mandat dari si papa untuk mengurangi konsumsi daging, saya pun sibuk mencari kira-kira kuliner ikan apa yang bersahabat dengan lidah. Saya pun teringat pada sebuah tempat makan yang sudah cukup lama tidak saya datangi. Bersama dengan partner se-per-makan-an, kembali saya mendatangi tempat tersebut. Namanya Cafe Ikan Bakar RASA SAYANGE Khas Indonesia Timur. First impress mendengar namanya, pikiran saya langsung mengarah ke wajah orang-orang timur, mulai dari yang masak sampai pengunjungnya. Tapi ternyata pengunjung ataupun yang masak ya bervariasi.
Dulunya cafe ikan bakar ini hanya berupa ruangan kecil, jadi jika ingin makan disana harus menerapkan sistem "siapa cepat, dia yang dapat". Nah mungkin karena inilah pada akhirnya owner cafe ikan bakar ini menambah satu ruangan lagi plus buka sampai jam 9 malam--dulu cuma sampai sore.
Well dengan tidak sabar karena perut yang keroncongan, kami pun memesan ikan kembung dan kerapu bakar. Ada dua jenis ikan bakar disini, dibakar biasa--hanya diberi garam dan bawang putih--dan ikan bakar rica-rica. Variasi ikannya antara lain kerapu, kembung dan cakalang.
Pesanan pertama kami, kembung bakar biasa dan kerapu bakar biasa. Daging ikannya terasa 'manis' karena bener-bener fresh. Rasanya plain karena hanya diolesi air garam dan bawang putih *tapi enak*.
Ikan bakar ini disajikan bersama dengan
sambal colo-colo, yaitu campuran dari irisan tomat hijau, bawang merah dan cabe rawit yang diberi sedikit garam dan air. Kebayang dong asem segernya. Bikin melek pokoknya.
Pengiring lainnya adalah oseng daun pepaya dan tumis kangkung
Orang Indonesia timur kebanyakan tidak menjadikan nasi sebagai bahan makanan pokok, sehingga karbohidrat mereka lebih bervariasi. Begitu juga di tempat makan ini, yang disajikan tidak hanya nasi, tapi ada kasbi (singkong rebus), pisang rebus, talas rebus dan papeda sebagai pengiring lauk. Well yang ngebuat kami penasaran dari zaman kuda sampai sekarang adalah papeda, jadi kami memesan papeda seporsi. Papeda merupakan tepung sagu yang dicampur dengan air, diaduk-aduk hingga menggumpal seperti lem--di mata saya. Rasanya ya gak ada, namanya juga tepung loh. Porsinya gede banget~
Papeda ini disantap bersama dengan
ikan kuah kuning--ikan tongkol. Ini cucok nek. Ketika ikan kuah kuning dipasangkan dengan nasi, kuah ikan kuning yang tadinya asem-asem segar menjadi sedikit pahit. Berbeda jika dipasangkan dengan papeda. Asumsi kami adalah rasa manis dari nasi, berpadu dengan asam ikan kuah kuning-lah yang memunculkan rasa pahit, sementara papeda yang super
plain memberikan rasa netral *gaya banget*. Nah biar seru, makannya langsung pake tangan ya, jangan pake sendok.
Ikan kuah kuning + papeda
Untuk harga, seporsi ikan bakar + nasi putih + sambal colo-colo + sayuran + teh/jeruk = Rp 20000
Untuk papeda dan ikan kuah kuning saya lupa dihargai berapa.
Siapa bilang ikan gak enak ? Ayo makan ikan !